Kamis, 08 Mei 2014

Feature: KISS Forever

Salah satu sisi rumah mewahnya di Beverly Hills diisi dengan pernak-pernik Kiss, dan menjadi tempat pemujaan untuk pria ke
sukaannya, Gene Simmons, serta band tempat ia telah menghabiskan 40 tahun yang menguntungkan dengan bermain bas, menyemburkan api, meludahkan darah dan menggoyangkan lidah yang begitu panjang sampai dia harus menyangkal itu adalah cangkokan dari sapi yang malang.

Ada ribuan pernak-pernik Kiss di rumahnya, tersimpan di balik lemari kaca: topeng Halloween; patung kepala para anggota yang berukuran sesuai aslinya; boneka; action figure; cangkir kopi; helm sepeda motor; piring; selimut; Mr. Potato Head berbentuk iblis; sepatu; celemek bayi; bola bowling.

Di salah satu dinding terdapat plakat yang merayakan penjualan 100 juta album Kiss di seluruh dunia. “Kamar ini,” kata Simmons, yang membuat suara baritonnya terdengar lebih menggelegar, “tidak terjadi tanpa disengaja.” Di ujung terdapat sepeda motor Kiss, peti mayat Kiss Kasket berwarna cerah (almarhum Dimebag Darrell dari Pantera dimakamkan dalam peti itu), mesin pinball Kiss dan tahta Kiss yang dihiasi Hello Kitty dengan tata rias iblis ala Simmons – hibrida Kitty-Kiss sedang menjadi tren. Di luar ruang kerjanya, di tempat kehormatan, terdapat video slot machine Kiss.

“Kotak ini menghasilkan lebih banyak uang dibanding kebanyakan band yang tur,” kata Simmons, sambil mengelus dengan tangan besarnya.

Kiss masih tur. Tapi anggota asli yang tersisa hanya Simmons dan pentolan band itu, Paul Stanley. Dua anak Yahudi asal New York ini sama-sama memiliki ambisi yang jelas tanpa kecenderungan merusak diri sendiri – pria-pria cerdas yang menciptakan beberapa lirik terbodoh sepanjang masa (“Get the firehouse/’Cause she sets my soul afire!”).

Drummer Peter Criss dan gitaris Ace Frehley, yang mengamalkan lirik party every day dengan menabrakkan mobil sport dan melempar perabotan lewat jendela hotel, sudah lama hengkang. Kadang-kadang Simmons dan Stanley membicarakan rekan lama mereka sambil terharu, seolah-olah mereka sudah menghuni Kiss Kasket dan bukan menjalani kehidupan tenang di New Jersey dan San Diego.

Di sekitar tahun 1980, Kiss memecat Criss yang berhati lembut dan kurang percaya diri karena sudah tak bisa mengendalikan pemakaian narkotika tak lama setelah menyanyikan “Beth”, hit terbesar band itu. Frehley yang berbakat tapi kurang fokus mengundurkan diri tak lama kemudian, dengan niat menjalankan karier solo – yang memang dilakukannya, tapi dengan intensitas yang tak sebesar konsumsi kokain, obat penenang dan alkohol.

Kiss merekam lagu disko dan album berkonsep yang mengada-ada. Mereka merekrut dua orang baru dan memberinya rias wajah aneh baru, sebelum akhirnya melepas rias wajah di tahun 1983 dan mengawali fase panjang sebagai band hair metal papan tengah (Stanley terlihat tampan tanpa rias wajah; Simmons tidak terlalu).

Mereka sudah mulai menggarap album grunge yang tak terhindarkan di tahun 1995 ketika Stanley dan Simmons reuni dengan Frehley dan Criss untuk sebuah episode MTV Unplugged. Keduanya diajak kembali, kali ini sebagai pegawai bergaji, untuk enam tahun berisi tur yang sangat sukses tapi penuh ketegangan – dan kembali memakai rias wajah. Kini, Simmons dan Stanley menyewa dua musisi yang dapat diandalkan, pengganti yang berdandan sebagai karakter anggota lamanya, suatu hal yang sangat merisaukan Frehley dan Criss.

Namun di dunia merchandise, Kiss masih seperti Kiss yang dulu. Karakter berwajah putih menjadi ciri khas band itu – Demon (Simmons), Starchild (Stanley), Spaceman (Frehley) dan Catman (Criss) – yang paling utama, bukan pria-pria di baliknya.

Memang kenapa jika para pendiri Kiss telah menulis memoar yang saling bertolak belakang dan saling menghina? Boneka-boneka mereka akur-akur saja. Di sini, seperti yang Simmons gemar katakan, Kiss adalah sebuah brand, bukan band. “Kiss seperti kecoa yang akan hidup lebih lama dibanding kita semua,” katanya. “Bahkan lebih besar dibanding orang-orang yang ada di dalam band itu.” Dirinya sendiri juga termasuk.

Di siang yang mendung ini, Simmons, 64 tahun, sedang memakai jas hitam dengan sapu tangan merah di saku, melapisi kaus hitam mewah, dipadukan dengan celana kulit hitam dan sepatu bot koboi. Bisnis di bagian atas, rock star di bawah. Tingginya 188 cm, dengan tubuh yang merusak upaya band itu untuk memakai kostum perempuan di awal kariernya (“Sejak dulu saya mirip Phyllis Diller dengan glitter,” katanya.) Seperti biasa, rambut hitamnya yang bertekstur mirip bulu anjing pudel terurai hingga bahu, dengan gaya yang pernah disebut seorang pelawak terinspirasi oleh Planet of the Apes. “Ini semua rambut asli saya,” katanya, sambil memegang rambutnya yang kaku. “Anda boleh memainkannya.”

Dia sedang duduk di kursi kulit di balik mejanya, terisi tumpukan otobiografinya dan DVD reality show yang dibintanginya, Gene Simmons Family Jewels (“lebih banyak episode dibanding I Love Lucy!”) Di belakangnya terdapat foto diperbesar berupa dirinya saat muncul di sampul majalah Private Wealth. “Saya punya entitas strategi asuransi jiwa bernama Cool Springs,” kata Simmons (itu membantu orang kaya memperoleh polis asuransi jiwa bernilai tinggi).

“Sulit untuk dipahami orang, karena mereka telah diracuni oleh gagasan bahwa rock star itu bodoh. Jagger cukup cerdas. Sangat sedikit yang cerdas. Andai mereka tak punya gitar, mereka akan bertanya, ‘Mau ditambah kentang goreng, Pak?’ ”

Selain memberi ceramah sayap kanan yang provokatif (dia menganggap Perang Vietnam sebagai ide yang bagus), Simmons kadang defensif lewat sesumbarnya, namun di balik itu ada sisi lunak, seolah-olah dia menantang kita untuk menyukainya. “Semua band yang kredibel dipersilakan mencium pantat saya, dengan segala hormat,” katanya, tanpa sebab yang jelas, tiga menit setelah saya datang.

“Para perintis yang kini ada di Rock and Roll Hall of Fame – dan maksud saya bukan para artis disko atau hip-hop, apa yang mereka pikirkan? – tak bisa mengeja kata ‘kredibilitas’ dan tak pernah memikirkannya. Itu adalah antitesis dari mandat yang diterapkan sendiri, yakni ‘Lakukan apa yang kamu mau.’ Dengan kata lain, tidak ada aturan.”

Pada April ini, Kiss sendiri akhirnya akan dilantik masuk ke Rock and Roll Hall of Fame, 15 tahun setelah mereka pertama kali memenuhi syarat. Para anggota band itu merasa kurang percaya dengan institusi tersebut, yang mewakili sebuah hegemoni rock dan sudah lama meremehkan Kiss sebagai pengusung gimmick murahan – bertolak belakang dengan martabat dan harga diri yang ditampilkan Little Richard saat meneriakkan suku kata yang mengada-ada. “Hal yang paling penting,” kata Simmons, “adalah ini merupakan validasi bagi penggemar yang dicemooh karena menggemari Kiss dan bukan Air Supply, misalnya.”

Menurut Simmons, nilai-nilai yang diusung bandnya telah menang. Konser-konser tingkat gelanggang di semua jenis musik, dari country hingga hip-hop, sudah lama merangkul trik-trik panggung Kiss yang pernah dicela: piroteknik, lift panggung, musisi terbang.

Tak ada lagi yang tahu arti dari “selling out”: The Grateful Dead punya divisi sendiri di Rhino Records khusus untuk urusan lisensi merek mereka; toko situs resmi Bruce Springsteen menjual cangkir dan tas dengan rupa Bruce. Simmons pun senang karena Bob Dylan (idolanya yang pernah membantu Simmons menulis lagu untuk album solonya, Asshole) baru membuat iklan untuk Super Bowl. “Mereka semua akhirnya mengikuti cara kami,” kata Simmons. “Ada Cherry Garcia. Para hippie kalah. Mereka benar-benar kalah.”

Upacara pelantikan ke dalam Hall of Fame seharusnya bisa menampilkan reuni yang mengharukan antara para anggota formasi asli Kiss, tapi mungkin hal seperti itu lebih cocok untuk hippie. Simmons dan Stanley malah bersikeras untuk tampil sebagai formasi Kiss sekarang, dengan gitaris Tommy Thayer dan drummer Eric Singer. “Kami dengar, ‘Kami ingin Ace dan Peter ikut dan memakai rias wajah,’ ” kata Stanley. “Dan kami bilang, ‘Itu takkan terjadi.’ Band itu sudah lama tidak ada. Saya mempertanyakan bagaimana penampilan Ace dan Peter dalam kostum-kostum itu. Kami telah menghabiskan 40 tahun untuk membangun sesuatu, dan memberi pesan yang campur aduk akan merusak itu atau membuat bingung. Yang kami tawarkan adalah bermain bersama Tommy dan Eric, lalu mengajak Ace dan Peter untuk bermain bersama kami.”

Criss dan Frehley merasa begitu terhina oleh tawaran itu, sampai mereka mengancam untuk memboikot upacaranya. “Saya tidak terima dihina,” kata Criss dari kediamannya di New Jersey. “Bagaimana bisa saya masuk ke Hall of Fame lalu disuruh untuk duduk di pojok sementara orang lain memakai rias wajah saya dan bermain? Itu tidak adil bagi saya. Bagi penggemar juga.”

Stanley merasa terhina oleh penolakan Hall of Fame untuk melantik para musisi yang bermain di Kiss setelah anggota orisinalnya (beberapa lead guitarist, plus dua drummer: Singer dan pengganti pertama Criss, almarhum Eric Carr). “Saya tidak butuh Hall of Fame,” kata Stanley. “Dan jika tidak ada timbal balik, saya tidak tertarik. Untuk Red Hot Chili Peppers, praktis semua anggota dilantik, dan juga ke-175 anggota The Grateful Dead. Aturan harus berlaku untuk semua orang.”

Sementara itu, Simmons berkata bahwa Frehley dan Criss “sudah tidak pantas memakai rias wajah.” “Rias wajah itu butuh usaha,” katanya. “Ikut sejak awal saja tidak cukup. Sejujurnya, sumpah demi Tuhan? Saya maunya formasi yang sama selama ini. Tapi jika saya mengacau, saya harus didepak. Dan kita tak bisa menyalahkan rekan band. Lihat biola kecil saya. Saya tidak punya simpati.”

Di kondominiumnya di San Diego, Frehley berkata bahwa penolakan terhadap reuni adalah masalah bisnis: Bagaimana pun juga, formasi yang sekarang akan mengadakan tur di musim panas. “Alasan mereka tidak ingin tampil bersama saya dan Peter,” katanya, “adalah karena saat terakhir kali melakukannya, mereka harus mengadakan tur reuni. Kalau kami main tiga lagu, penggemar akan menjadi gila. Mereka tidak mau mencari masalah.”

Frehley dan Criss mungkin saja takkan tampil sesuai keinginan, tapi tampaknya mereka juga takkan perlu melihat orang lain yang memakai rias wajah mereka. Pada akhir Februari, Stanley dan Simmons menyerah juga dan mengumumkan tidak akan tampil sama sekali.

Tidak ada memorabilia yang dipajang di rumah Paul Stanley. “Saya tahu apa yang saya pernah capai,” kata Stanley, “jadi saya tidak perlu melihatnya. Teman-teman saya tidak perlu melihatnya. Itu bisa mengecoh, karena dapat menciptakan kesan bahwa kita punya andil yang lebih besar dari kenyataannya.” Stanley tinggal di Beverly Hills dengan jarak hanya lima menit dari rumah Simmons, bersama tiga anak yang masih kecil dan Erin, seorang mantan pengacara yang dinikahinya delapan tahun lalu (Stanley juga punya putra berusia 19 tahun dari pernikahan sebelumnya).

Tapi mereka jarang saling berkunjung. Rumah Stanley bergaya Laut Tengah dengan proporsi penuh cita rasa dan rumah untuk tamu di belakang; dia memiliki hektar tanah yang cukup luas di sekitar propertinya sehingga mempertimbangkan untuk membuat perkebunan anggur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

About